Demonstrasi Teknik Pembuatan Silase Pakan Hijauan Ternak Sapi Potong
Kolaka Timur - (13 Juni 2024), Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian yang merupakan pelaksana program ICARE di Sulawesi Tenggara lakukan demonstrasi cara pengawetan pakan sapi potong dengan metode fermentasi silase di Kecamatan Aere, Kabupaten Kolaka Timur.
Kegiatan praktek dengan metode demonstrasi cara ini dilakukan sebagai rangkaian kegiatan pelatihan teknis Good Agricultural Practices (GAP) Komoditas Ternak Sapi Potong di Kecamatan Aere, Kabupaten Kolaka Timur, dengan melibatkan peserta sebanyak 150 orang peternak sapi potong. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memacu efektivitas adopsi dan penerapan teknologi pengawetan hijauan pakan ternak melalui teknik fermentasi atau dikenal dengan nama silage atau silase kepada peternak sapi potong di kawasan ICARE Sulawesi Tenggara.
Narasumber dari Loka Pengujian Standar Instrumen Ruminansia Besar yang dihadirkan yaitu drh. Saiful Anis, M.Si, dan Hilmi Panca Fitrayadi, S.Pt adalah praktisi yang ahli dibidangnya masing-masing, mengantar para peserta dapat melihat dan melakukan secara langsung proses pengawetan pakan hijauan dengan teknik fermentasi selase. “Teknologi silase ini merupakan teknologi praktis dan aplikatif dalam penyediaan pakan sapi potong yang sangat sesuai dengan kondisi peternak dan sumberdaya di Sulawesi Tenggara yang masih kaya akan hijauan pakan ternak (HPT) karena lahan untuk ditanami HPT masih cukup luas” Tegas kedua Narasumber.
Narasumber drh. Saiful Anis, M.Si menjelaskan bahwa pembuatan pakan silase sangat mudah dapat dilakukan oleh peternak. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah cukup yang tersedia disekitar lokasi yaitu HPT seperti rumput gajah, rumput alam, gamal, limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung, kulit buah kakao, dedak padi dan lain-lain, ditambah dengan activator pengurai yang dapat diperoleh dan tersedia di toko tani.
Pada prinsipnya pembuatan silase dilakukan dengan cara memeram/mengurung bahan pakan dengan memanfaatkan media simpan kedap udara seperti gentong, drum, silo dari kayu/beton, atau kantung plastik sampah, sehingga terjadi proses fermentasi dimana bakteri-bakteri fermentasi seperti lactobacillus sp, bakteri asam laktat, jamur pengurai selulosa dan lain-lain melakukan penguraian bahan secara alami. enzim yang dihasilkan dalam proses fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi, pertumbuhan, serta meningkatkan daya cerna serat kasar, protein dan nutrisi pakan lainnya” tegas Saiful.
Narasumber kedua, Hilmi Panca Fitrayadi, S.Pt mengarahkan proses pembuatan silase dengan dibantu beberapa orang peserta yang ikut serta secara langsung melakukan proses pembuatan silase. Hilmi menjelaskan bahwa bahan pakan hijauan maupun limbah pertanian sebaiknya dicacah terlebih dahulu menggunakan mesin pencacah atau dengan parang agar diperoleh partikel yang lebih kecil untuk mengurangi rongga udara saat proses fermentasi sehingga dapat dihasilkan pakan silase yang berkualitas. Bahan pakan dari hijauan dan limbah pertanian dicampur terlebih dahulu dengan perbandingan 2 bagian rumput, 1 bagian limbah pertanian dan ¼ bagian leguminosa. Sementara itu, dilakukan pula pembuatan larutan fermentor yang terdiri dari activator pengurai, air bersih dan gula merah sebagai sumber energi bagi bakteri pengurai. Selanjutnya bahan dimasukan ke dalam wadah gentong atau wadah kedap udara lainnya dengan prinsip membuat lapisan-lapisan yaitu lapisan campuran hijauan, lapisan dedak padi, lalu di atasnya disiramkan larutan fermentor. Kemudian dipadatkan dengan diinjak-injak lalu dibuat lapisan baru dengan susunan yang sama setebal 10 – 15 cm, sampai wadah gentong penuh yang ditandai dengan tidak adanya ruang/rongga udara saat penutup gentong terpasang” pungkas Hilmi.
Proses fermentasi ini dapat berlangsung selama 2 – 4 minggu sebelum dapat digunakan. Jika sudah dibuka saat pemberian kepada ternak sapi sebaiknya diberikan untuk 1 kali pemberian atau dapat pula disimpan tetapi harus ditutup dengan rapat. Pakan silase ini sangat penting bagi penyediaan kebutuhan harian ternak sapi terutama untuk mengantisipasi keadaan-keadaan tertentu bagi peternak susah menyediakan pakan misalnya saat musim kemarau, hujan lebat, maupun saat acara hajatan masyarakat. Dijelaskan pula bahwa pakan silase ini dapat bertahan berbulan-bulan bahkan sampai masa tahunan tampa mengurangi kandungan nutrisi dalam pakan.
Saat berlangsungnya proses pembuatan silase para peserta banyak memberikan pertanyaan terkait dengan bahan-bahan apa saja yang bisa dipergunakan, teknik pencampuran hijauan, teknik pembuatan larutan fermentor, teknik pembuatan lapisan dalam media kedap udara, maupun teknik antisipasi yang efektif saat pemberian pada ternak sapi potong sesuai kebutuhanya agar silase dapat disimpan dalam waktu yang lama. Antusias yang tinggi dari para peserta membuat suasana praktek menjadi interaktif sehingga semua hal yang berkaitan dengan teknologi pakan silase ini didiskusikan saat praktek.